Selasa, 31 Desember 2013

asetominofen (parasetamol)



 



JURNAL  PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK
Judul                          : Sintesis Asetaminofen (Parasetamol)

TujuanPercobaan     : Mempelajari proses asetilasi pada sintesis setaminofen

Pendahuluan
Asetaminofen atau parasetamol merupakan salah satu pengurang rasa sakit yang sangat banyak digunakan. Parasetamol dapat dibuat dengan asetilasi p-aminofenol. Untuk mengoptimalkan reaksinya, p-aminofenol yang larut dalam air perlu dilarutkan dengan mengubahnya menjadi garam kloridanya sebelum dilakukan asetilasi. Dalam percobaan ini asetilasi p-aminofenol dilakukan menggunakan asetat anhidrat (Tim penyusun petunjuk sintesis senyawa organik, 2013).
Asetaminofen atau parasetamol memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh satu gugus hidroksil dan atom nitrogen dari gugus amida pada posisi para (1,4). Senyawa ini dapat disintesis dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan menggunakan asam sulfat dan natrium nitrat. Parasetamol dapat pula terbentuk apabila senyawa 4-aminofenol direaksikan dengan senyawa asetat anhidrat. Parasetamol memiliki massa jenis 1,263 gr/cm3, massa molar 151,17 gr/mol, titik leleh 168°C, massa jenis 1,263 gr/cm3, massa molar 151,17 gr/mol, titik leleh 168 – 172°C (Katzung, 1989).
Parasetamol mempunyai rumus molekul sebagai berikut:
(Chafetz, 1971).
Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium, Asam klorida dapat digunakan untuk membuat garam klorida, seperti natrium klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena ia berdisosiasi penuh dalam air. Asam klorida dalam konsentrasi menengah cukup stabil untuk disimpan dan terus mempertahankan konsentrasinya. Oleh karena alasan inilah, asam klorida merupakan reagen pengasam yang sangat baik (Chafetz, 1971).
Rekristalisasi merupakan proses pengulangan kristalisasi agar diperoleh zat murni atau kristal yang lebih teratur/murni. Senyawa organik berbentuk kristal yang diperoleh dari suatu reaksi biasanya tidak murni. Mereka masih terkontaminasi sejumlah kecil senyawa yang terjadi selama reaksi.Oleh karena itu perlu dilakukan pengkristalan kembali dengan mengurangi kadar pengotor. Rekristalisasi didasarkan pada perbedaan kelarutan senyawa dalam suatu pelarut tunggal atau campuran. Senyawa ini dapat dimurnikan dengan cara rekristalisasi menggunakan pelarut yang sesuai. Ada dua kemungkinan keadaan dalam rekristalisasi yaitu pengotor lebih larut daripada senyawa yang dimurnikan, atau kelarutan pengotor lebih kecil daripada senyawa yang dimurnikan (Coursehero, 2013).

Mekanisme Reaksi






Alat
-          Labu Erlenmeyer 125 mL
-          Penangas air
-          Termometer
-          Batang pengaduk

Bahan
-          Anhidrida asetat
-          p-aminofenol
-          HCl pekat
-          Natrium setat







ProsedurKerja
Skema kerja
1,05 gram p-aminofenol
 
-          dimasukkan ke dalam erlenmeyer 62,5 mL
-          ditambahakan 35 mL air
-          ditambahkan 2 mL HCl pekat
-          diaduk campuran dengan pengaduk magnetik sampai campuran menjadi larutan homogen
-          dipanaskan dengan water bath pada suhu 85°C
-          ditambahkan 1 gram norit (karbon)
-          dipanaskan dalam penangas air pada 85°C
-          disaring untuk memperoleh larutan p-aminofenolhidroklorida
-          dilarutkan 1,25 gram natrium asetat ke dalam 4 mL air di dalam erlenmeyer lain
-          dimasukkan larutan natrium asetat ke dalam larutan p-aminofenol yang suhunya mencapai 85°C
-          ditambahkan 8,25 mL anhidrat asetat secara perlahan
-          diaduk terus menerus
-          diteruskan pemanasan selama 15 menit
-          didinginkan erlenmeyer dalam penangas es sampai terbentuk kristal
-          dibiarkan pembentukan kristal selama 45-60 menit
-          dipisahkan kristal yang diperoleh dari cairannya dengan cara dituangkan
-          dicuci dengan 2,5 mL air dingin dan dikeringkan
-          ditentukan massa dan titik lelehnya
                               





















Hasil
Kristal asetaminofen
-          direkristalisasi hasil pada prosedur diatas dengan melarutkannya dalam sesedikit mungkin air panas
-          didinginkan dalam penangas es dan dikeringkan
-           ditentukan berat yang dihasilkan (titik leleh dan kelarutan dalam etanol, metanol dan etil asetat)
-          Dihitung rendemen hasil rekristalisasi


Hasil
 




















Prosedur kerja
Dimasukkan 2,1 gram p-aminofenol di dalam erlenmeyer 125 mL dan selanjutnya ditambahkan 35 mL air dan 2 mL HCl pekat. Campuran diaduk menggunakan pengaduk magnetik sampai campuran menjadi larutan yang homogen, selanjutnya dipanaskan menggunakan water bath denhan suhu 85°C. Bila larutan menjadi berwarna cokelat dan kotor maka ditambahkan 2 gram norit (karbon) dan dipanaskan ke dalam penangas air pada  85°C kemudian disaring untuk memperoleh larutan p-aminofenolhidroklorida.
Dilarutkan 2,5 gram natrium asetat ke dalam 8 mL air di dalam erlenmeyer yang lain. Dimasukkan larutan natrium asetat ke dalam larutan p-aminofeno yang suhunya sudah mencapai
85°C, kemudian segera ditambahkan 4,5 mL anhidrida asett secara perlahan dan diaduk terus menerus. Diteruskan pemanasan selama 15 menit.
Didinginkan erlenmeyer dalam penangas es sampai terbentuk kristal (kalau perlu gosokkan pengaduk di dinding erlenmeyer di bawah permukaan larutannya untuk mempercepat kristalisasi. Dibiarkan pembentukan kristal selama 45-60 menit. Kemudian dipisahkan kristal yang diperoleh dari cairannya dengan cara menuangkan (atau dengan saringan buchner, kalau perlu). Dicuci dengan 5 mL air dingin kemudian dikeringkan dan ditentukan beratnya serta ditentukan titik lelehnya.
Direkristalisasi hasil pada prosedur diatas dengan melarutkannya dalam sesedikit mungkin air panas (asisten akan menunjukkan caranya) kemudian didinginkan dalam penangas es dan dikeringkan seperti tahap sebelumnya. Ditentukan berat yang dihasilkan, titik lelenya, dan kelarutannya dalam etanol, metanol, aseton dan etil asetat. Dihitung rendemen hasil rekristalisasi.


Waktu yang dibutuhkan
No.
Kegiatan
Pukul
Waktu
1.
Preparasi alat dan bahan
12.30-12.45
± 15 menit
2.
Pembuatan p-aminofenolklorida
12.46-13.20
± 35 menit
3.
Pemanasan
13.21-13.36
± 15 menit
4.
Rekristalisasi
13.37-14.30
± 50 menit
5.
Identifikasi
14.30-15.00
± 10 menit
Perkiraan waktu 2 jam 10 menit

Data dan Perhitungan
Data yang diperoleh dalam percobaan ini adalah:
Perhitungan sintesis asetaminofen (parasetamol)
1.      Hasil teoritis
     p-aminofenol + asetat anhidrat à asetaminofen +  asam asetat
M:  0,009                0,087                      -                       -
B:   0,009                0,009                    0,009                 0,009
S:        -                  0,078                     0,009                 0,009
Massa asetaminofen teoritis = mol asetaminofen x Mr asetaminofen
=0,009 mol x 151,17 gram/mol
=1,360 gram
Titik leleh                          = 168-172°C
2.      Hasil percobaan
Massa kertas saring                = 0,88 gram
Massa kertas saring + kristal  = 1,07 gram
Massa kristal                           =  0,19 gram
Wujud zat                                = kristal
Warna                                      = cokelat
Rendemen                              =      x 100%
  =  x 100%
  = 13,97%
Titik leleh                            = 160°C

Hasil
Percobaan kali ini tentang sintesis asetaminofen (parasetamol). Sintesis asetaminofen dilakukan dengan memasukkan 1,05 garm p-aminofenol ke dalam erlenmeyer 125 mL, kemudian ditambahkan 17,5 mL air dan 1 mL HCl pekat. Diaduk dan dipanaskan campuran sampai homogen. Larutan tersebut berwarna cokelat kehitaman. Kemudian ditambahkan norit 1 gram dan dipanaskan dalam penangas air pada 85°C, pada proses ini larutan menjadi cokelat kehitaman tetapi sedikit jernih. Selanjutnya disaring untuk memperoleh larutan p-aminofenolklorida.
Di dalam erlenmeyer yang lain larutkan 1,25 gram natrium asetat ke dalam 4 mL air, kemudian dimasukkan larutan natrium asetat ke dalam larutan p-aminofenol yang suhunya sudah mencapai 85°C dan ditambahkan segera 8,25 mL anhdrida asetat secara perlahan, kemudian dipanaskan selama 15 menit. proses ini menyebabkan larutan menjadi berwarna cokelat lebih jernih dari sebelumnya.
Didinginkan erlenmeyer dalam penangas  es sampai terbentuk kristal, kalau perlu gosokkan pengaduk di dinding erlenmeyer di bawah permukaan larutannya untuk mempercepat rekristalisasi. Proses ini menyebabkan terbentuknya endapan yang merupakan  kristal asetaminofen. Dibiarkan pembentukan kristal selama 45-60 menit. Kemudian dipisahkan kristal yang diperoleh dari cairannya dengan cara disaring menggunakan corong buchner dan dicuci dengan 2,5 mL air dingin, kemudian kristal dikeringkan. Pada proses rekristalisasi ini terbentuk kristal berwarna cokelat. Diperoleh kristal dengan berat 0,19 gram. Identifikasi produk dilakukan dengan uji titik leleh dan uji kelarutan dalam etanol, metanol, aseton, dan etil asetat. Hasil identifikasi kristal asetaminofen diperoleh titik leleh sebesar 160°C dan pada ujii kelarutan diperoleh hasil yaitu pada uji kelarutan dengan metanol dan etanol, kristal asetaminofen larut sedangkan uji kelarutan dengan aseton dan etil asetat, kristal asetaminofen tidak larut. Rendemen yang diperoleh pada praktikum yang sudah dilakukan sebesar 13,97%.
Pembahasan
Praktikum sintesis asetaminofen (parasetamol) bertujuan untuk mempelajari proses asetilasi pada sintesis asetaminofen. Asetaminofen atau parasetamol memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh satu gugus hidroksil dan atom nitrogen dari gugus amida pada posisi para (1,4). Senyawa ini dapat disintesis dari senyawa p-aminofenol yang direaksikan dengan senyawa asetat anhidrat untuk membentuk suatu amida.
Asetilasi adalah reaksi kimia dimana molekul-molekul kecil yang disebut gugus asetil ditambahkan ke molekul lain. Pada sintesis asetaminofen, p-aminofenol diasetilasi dengan anhidrida asetat.
Sintesis asetaminofen dilakukan dengan cara memasukkan  1,05 gram  p-aminofenol ke dalam erlenmeyer 125 mL kemudian ditambahkan 12,5 mL air. Untuk mengoptimalkan reaksinya, p-aminofenol yang larut dalam air perlu dilarutkan dengan mengubahnya menjadi garam kloridanya sebelum dilakukan asetilasi yaitu dengan menambahkan 1 mL asam klorida pekat. Campuran diaduk menggunakan pengaduk magnetik sampai larutan menjadi homogen, yang selanjutnya dipanaskan menggunakan water bath dengan suhu 85°C. Bila larutan berwarna cokelat dan kotor  maka ditambahkan 1 gram norit. Fungsi penambahan norit yaitu untuk menghilangkan pengotor yang ada pada larutan namun jika penggunaannya berlebih akan berdampak pada hasil kristal yang diperoleh, karena norit tersebut akan menyerap zat pembentuk kristal. Sehingga kristal tidak diperoleh. Tahap selanjutnya larutan  dipanaskan ke dalam penangas air pada 85°C kemudian disaring untuk memperoleh larutan p-aminofenolklorida.
Tahap selanjutnya adalah asetilasi menggunakan asetat anhidrat. Di dalam erlenmeyer lain, dilarutkan 2,5 gram natrium asetat ke dalam 8 mL air, kemudian larutan natrium asetat dimasukkan ke dalam larutan p-aminofenol yang suhunya sudah mencapai 85°C. Fungsi natrium asetat ini adalah untuk sebagai pelarut untuk reaktan yang berlebih yaitu anhidrat asetat dan untuk memperoleh kembali p-aminofenol yang lebih reaktif. Kemudian segera ditambahkan 4,5 mL anhidrida asetat secara perlahan dan diaduk terus menerus. Diteruskan pemanasan selama 15 menit. Fenol dipertahankan agar tidak terionisasi sehingga NH2 akan lebih reaktif dibanding OH (NH3 lebih nukleofil dibanding air tetapi kurang nukleofilik bila dibanding OH). Setelah pemanasan 15 menit kemudian didinginkan sekitar 40-60 menit sampai terbentuk kristal. Setelah terbentuk kristal diukur titik lelehnya Titk leleh yang diperoleh adalah 160°C. Kemudian dilakukan pemurnian parasetamol dengan menggunakan prinsip rekristalisasi. Rekristalisasi ini merupakan suatu metode untuk memurnikan padatan-padatan organik yang mempunyai  kecenderungan membentuk kisi-kisi kristal melalui penggabungan molekul-molekul yang ukuran, bentuk  dan gaya-gaya ikatannya sama. Atau dengan kata lain, pemurnian parasetamol didasarkan pada perbedaan daya larut padatan yang akan dimurnikan dengan pengotornya dalam suatu pelarut tertentu. Prinsip umum yang berlaku dalam proses kristalisasi adalah jika terjadi penurunan temperatur maka suatu padatan menjadi kurang larut di dalam suatu pelarut tertentu. Dalam keadaan ideal hasil kristal yang dikehendaki adalah dapat memisah dari pengotornya yang tetap larut di dalam pelarutnya. Pada proses rekristalisasi, langkah awal yang dilakukan adalah melarutkan padatan ke dalam pelarut yang mendidih, kemudian menyaring larutan dalam keadaan panas dan mendinginkan larutan panas tersebut untuk proses pembentukan kristal selanjutnya kristal dipisahkan dari pelarut dengan penyaringan dan mencuci kristal dengan pelarut baru untuk penyempurnaan pemisahan pengotor. Proses yang terakhir mengeringkannya. Akan tetapi pada praktikum yang sudah dilakukan, proses pemurnian parasetamol menggunakan prinsip rekristalisasi tidak dilakukan karena kristal yang diperoleh terlalu sedikit. Yaitu sebesar 0,19 gram.kristal yang diperoleh berwarna cokelat.
Perlakuan selanjutnya adalah karakterisasi kristal parasetamol yang didapat. Karakterisasi ini dilakukan dengan pengujian titik leleh dan uji kelarutan. Titik leleh kristal parasetamol yang diperoleh pada percobaan yang dilakukan sebesar 160°C. Sedangkan pada literatur, titik leleh parasetamol adalah 168-172°C. Dari hasil percobaan yang diperoleh terdapat penyimpangan hasil yang tidak sesuai dengan literatur. Pada percobaan yang dilakukan, kemungkinan kristal yang diperoleh masih belum murni dan kemungkinan masih terdapat pengotor dalam kristal. Ini dapat dibuktikan dengan warna kristal yang diperoleh berwarna cokelat yang seharusnya kristal yang diperoleh berwarna putih.
Karakterisasi yang selanjutnya adalah uji kelarutan kristal parasetamol dalam etanol, metanol, aseton, dan etil asetat. Uji kelarutan dalam metanol dan etanol, kristal parasetamol larut sedangkan pada etil asetat dan aseton tidak larut. Menurut literatur kristal larut dengan semuanya. Sehingga data yang diperoleh terjadi penyimpangan. Ini dikarenakan kristal yang diperoleh tidak murni. Rendemen yang diperoleh pada praktikum yang sudah dilakukan sebesar 13,97%.






Kesimpulan
1.     Sintesis parasetamol dapat dibuat dengan asetilasi p-aminofenol.
2.     Dalam sintesis parasetamol digunakan norit sebagai adsorban untuk menghilangkan pengotor.
3.     Titik leleh yang diperoleh sebesar 144 0C sedangkan pada literatur titik leleh parasetamol sebesar 168-172 0C.
4.     Parasetamol dapat larut pada pelarut etanol, metanol, aseton, dan etil asetat.
5.     Parasetamol yang diperoleh belum murni.

Referensi
Rohman, A.G dan Gandjar, I.G. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Warren, stuart.1981. Sintesis Organik: Pendekatan Diskoneksi. Yogyakarta:
UGM Press

Saran
1.      Penggunaan norit dan pemanasan perlu diperhatikan sehingga dapat diperoleh kristal parasetamol yang murni.
2.      Pada pemanasan, suhu pada penangas air  yang digunakan untuk memanaskan adalah 85°C bukan dipanaskan sampai suhu 85°C



NamaPraktikan
1.      Siti Zubaidah . S                  101810301011
2.      Fita Kurnia Firdausa            101810301031
3.      Qorry Dinnia Fatma             111810301035
4.      Putu Irwan Yasa                   111810301041
5.      Maganda Ananda Kristi       111810301042


















LEMBAR PENGAMATAN

No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
Campuran hasil pengadukan dengan pengadukan stirer


2.
Setelah ditambahkan norit



3.
Larutan p-aminofenol yang diperoleh



4.
Setelah pemanasan 15 menit



5.
Kristal (1) yang diperoleh pada pembentuksn kristal selama 45-60 menit
a)      Massa yang diperoleh
b)       Titik leleh


6.
Kristal hasil rekristalisasi yang kedua

a)      Massa yang diperoleh
b)      Titik leleh
c)      Kelarutan dalam:
-          Etanol
-          Metanol
-          Aseton
-          Etil asetat
d)     Rendemen yang diperoleh






Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com.com