A. JUDUL PROGRAM
"DEBAT ASONGAN" Deteksi Logam Berat Timbal pada
Pedagang Asongan
IWA Kereta Api Lintas Banyuwangi - Jember Akibat Asap Buang Lokomotif.
B. LATAR BELAKANG
Salah
satu unsur kimia yang dapat membahayakan kesehatan manusia adalah
logam berat. Logam yang bersifat racun dan mencemari lingkungan misalnya
merkuri (Hg),
timbal (Pb), kadmium (Cd), dan tembaga (Cu). Timbal yang mencemari udara dapat berasal dari sisa pembakaran bahan aditif
bensin dari kendaraan bermotor. Timbal
yang berupa partikel di udara berasal dari sumber - sumber lain seperti pabrik alkil
Pb dan Pb-oksida, pembakaran arang, dan lain-lain (Sunu, 2001). Udara yang telah tercemar timbal akan masuk ke dalam tubuh
melalui proses pernafasan. Sebagian besar dari timbal yang terhirup pada
saat bernafas akan masuk ke dalam pembuluh darah paru-paru. Tingkat penyerapan
itu sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel dari senyawa timbal yang ada dan
volume udara yang mampu dihirup pada saat
peristiwa bernafas berlangsung. Logam timbal yang masuk ke paru-paru melalui peristiwa pernafasan akan terserap dan berikatan
dengan darah paru-paru untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan dan
organ tubuh. Pada jaringan atau organ tubuh logam timbal akan terakumulasi pada
tulang. Meskipun jumlah timbal yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini
ternyata menjadi sangat berbahaya. Hal itu
disebabkan senyawa-senyawa timbal dapat memberikan efek racun terhadap banyak
fungsi organ yang terdapat dalam tubuh (Palar, 1994). Mekanisme lain masuknya
timbal ke dalam tubuh manusia dapat melalui oral, ataupun langsung melalui
permukaan kulit. Kira-kira 40% dari timbal yang masuk melalui pernafasan,
diabsorbsi sampai ke saluran pernafasan. Sekitar 5-10% dari senyawa timbal yang
masuk diserap oleh saluran gastrointestinal
(Naria, 2005).
Kereta api merupakan sarana transportasi yang umunya
mengunakan tenaga diesel sebagai tenaga penggeraknya. Asap buang lokomotif yang
diperkirakan mengandung
logam berat timbal (Pb) akibat proses pembakaran akan berbahaya jika terhirup oleh tubuh dalam jangka waktu tertentu.
Dalam keadaan bebas tidak banyak asap
buang lokomotif yang masuk kedalam gerbong penumpang. Namun dalam ruang tertutup (terowongan) asap lokomotif bisa dengan
mudah masuk kedalam kereta penumpang. Asap yang mengandung timbal (Pb)
sebagian akan terikat oleh rambut karena adanya gugusan - gugusan sulfihidril
(- SH) dan disulfida sistin ( - S - S -) yang
mudah terikat oleh logam berat (Pettrucci, 1982).
Bahaya
asap kendaraan yang masuk berpengaruh jangka panjang dalam tubuh manusia. Asap yang mengandung logam berat Pb
umumnya ditemui pada kendaraan yang
menggunakan bahan bakar yang dicampuri oleh senyawa timbal sebagai senyawa
antiknocknya. Unsur Pb dalam tubuh dapat terdeposit pada jaringan lunak (sumsum tulang, sistem saraf, ginjal, dan hati)
dan jaringan keras (tulang, gigi, kuku, dan rambut). Unsur Pb dalam
jaringan lunak bersifat toksik terhadap jaringan itu sendiri (Ardiyanto, 2005),
sedangkan masuknya unsur Pb kedalam tubuh manusia dalam jumlah besar dapat
menyebabkan gagal ginjal (Soesanto, 1998). Juga dapat mengakibatkan kanker, gangguan pada sistem saraf tepi dan pusat, jantung,

pencernaan, dan
sistem reproduksi (Ardyanto, 2005). Disamping itu, pada wanita hamil logam Pb dapat melewati plasenta dan
kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran
darah janin dari selanjutnya setelah bayi lahir, Pb akan dikeluarkan bersama air susu (Palar, 1994).
Banyak penelitian-penelitian yang telah meneliti kadar Pb
di dalam tubuh. Namun, yang menjadi fokus dari penelitian kami adalah
kelompok pedagang asongan "IWAKA" yang beroperasi di kereta api
lintas Banyuwangi-Jember dimana jalur
kereta tersebut
melewati dua terowongan, Merawan dengan panjang 790 meter dan
Grahan yang panjangnya 90 meter sehingga mengakibatkan asap buang
lokomotif
akan lebih banyak masuk ke dalam kereta dan gerbong. Oleh sebab itu perlu
dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui
kadar Pb yang terakumulasi dalam tubuh para pedagang.
C. PERUMUSAN
MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Berapakah
kadar timbal (Pb) pada rambut para pedagang asongan IWAKA?. 2. Apakah akumulasi
logam Pb sudah melampaui batas aman?.
D. TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kadar logam berat timbal (Pb) yang terkandung dalam rambut
pedagang asongan IWAKA.
2. Mengetahui apakah akumulasi logam Pb sudah melampaui batas aman yang
ditentukan.
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Melalui
penelitian ini diharapkan dapat menginformasikan kadar pencemaran
logam berat Pb
yang dihasilkan dari asap buang lokomotif. Serta diharapkan dapat menjadi refrensi untuk meminimalkan bahaya logam
berat timbal bagi tubuh, khusunya
untuk para pedagang IWAKA.
F. KEGUNAAN
Adapun kegunaan
dari karya tulis ini dapat menumbuhkan kereatifitas mahasiswa
dalam mendeteksi pencemaran logam berat pada udara. Dan melatih kepekaan
mahasiswa terhadap segala jenis pencemaran pada
lingkungan.
G. TINJAUAN PUSTAKA
G.1 Kereta Api
Menurut Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
perkeretaapian,
definisi dari
kereta api adalah kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian
lainnya, yang akan ataupun sedang
bergerak di atas jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api. Kereta api sendiri terdiri dari lokomotif, kereta,
dan gerbong. Lokomotif merupakan
kendaraan rel yang dilengkapi dengan mesin penggerak dan

pemindah tenaga
kepada roda - roda dan khusus digunakan untuk menarik kereta penumpang dan atau
gerbong barang. Kereta merupakan salah satu rangkaian dari kereta api yang berfungsi untuk mengangkut
penumpang. Sedangkan rangkaian yang digunakan untuk mengangkut barang
atau binatang disebut gerbong.
Di dalam Peraturan Pemerintah nomor 69 tahun 1998
meyebutkan bahwa model transportasi kereta api memiliki karakteristik dan
keunggulan khusus. Beberapa keunggulan dari kereta api adalah kemampuannya
dalam mengangkut baik penumpang maupun barang secara massal, hemat energi,
hemat dalam penggunaan ruang, memiliki faktor keamanan yang tinggi,
tingkat pencemaran yang rendah, serta lebih efisien untuk angkutan jarak
jauh.
G.2 Logam Timbal (Pb)
Timbal
atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam dalam
bahasa ilmiahnya
dinamakan plumbum dan logam ini disimbolkan dengan simbol Pb. Logam ini termasuk kedalam kelompok golongan
logam - logam IVA pada tabel periodik unsur kimia mempunyai nomor atom (NA) 82
dengan bobot atau berat atom (BA)
207,2 (Palar, 1994). Timbal (Pb) adalah logam lunak kebiruan atau kelabu
keperakan yang lazim terdapat dalam kandungan endapan sulfit yang tercampur mineral
- mineral lain, terutama seng dan tembaga. Timbal merupakan logam yang amat beracun yang pada dasarnya tidak dapat
dimusnahkan serta tidak terurai menjadi zat lain dan bila berakumulasi dalam tanah relatif lama. Oleh karena
itu, apabila timbal yang terlepas ke lingkungan akan menjadi ancaman bagi
makhluk hidup (Sunu, 2001).
Timbal (Pb) merupakan mineral yang tergolong
mikroelemen, merupakan logam berat dan berpotensi menjadi bahan toksik. Emisi
timbal ke dalam lapisan atmosfer bumi dapat berbentuk gas dan partikulat. Emisi
Pb yang masuk dalam bentuk gas, terutama
sekali berasal dari buangan gas kendaraan bermotor. Emisi tersebut merupakan
hasil samping dari pambakaran yang terjadi dalam mesin-mesin kendaraan (Palar, 1994). Sumber-sumber lain yang
menyebabkan Pb dapat masuk ke udara
ada macam-macam. Di antara sumber alternatif ini yang tergolong besar adalah pembakaran batu bara, asap dari pabrik yang
mengolah senyawa alkil-Pb, Pb-oksida, dan peleburan bijih Pb, karena
senyawa alkil-Pb yang terdapat dalam bahan bakar tersebut dengan sangat mudah
menguap (Palar, 1994). Udara yang telah tercemar timbal akan masuk ke dalam
tubuh melalui proses pernafasan. Sebagian besar dari timbal yang terhirup pada
saat bernafas akan masuk ke dalam pembuluh darah paru- paru. Tingkat penyerapan
itu sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel dari senyawa timbal yang ada dan volume udara yang mampu
dihirup pada saat peristiwa bernafas berlangsung. Logam timbal yang
masuk ke paru-paru melalui peristiwa pernafasan akan terserap dan berikatan
dengan darah paru-paru untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Pada jaringan atau organ tubuh logam
timbal akan terakumulasi pada tulang. Meskipun jumlah timbal yang
diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini ternyata menjadi sangat berbahaya.
Hal itu disebabkan senyawa- senyawa timbal dapat memberikan efek racun terhadap
banyak fungsi organ yang terdapat dalam
tubuh (Palar, 1994).

Efek racun dari timbal terjadi setelah timbal masuk dan
terakumulasi dalam tubuh
manusia melalui saluran pencernaan (digesti) atau melalui saluran pernafasan (inhalasi). Dalam tubuh manusia logam berat akan
dibuang antara lain melalui rambut. Mengingat rambut lebih mencerminkan
tingkat pencemaran logam berat yang telah
masuk ke tubuh manusia (Kamal, 2007). Timbal yang masuk melalui makanan,
masuk ke saluran cerna (digesti), dan dapat masuk ke dalam darah. Pada anak-anak, tingkat penyerapan timbal mencapai 53%.
Hal ini jauh berbeda pada tingkat
penyerapan orang dewasa, yaitu sekitar 10%. Defisiensi besi (Fe) dan Kalsium (Ca) serta diet lemak tinggi dapat
meningkatkan absorbsi timbal gastrointestinal.
Peningkatan asam lambung dapat meningkatkan absorbsi usus sehingga absorbsi timbal juga meningkat
(Riyadina,1997).
Jumlah
Pb (timbal) yang ditambahkan ke dalam bensin berbeda - beda di setiap negara.
Di Indonesia setiap liter bensin premium yang dijual dengan nilai oktan 87 dan bensin super dengan nilai oktan 98, masing -
masing mengandung 0,70 gram dan 0,84
gram senyawa timbal-tetraetil atau timbal-tetrametil, yang berarti sebanyak
0,56 gram Pb akan dibuang ke udara untuk setiap liter bensin yang digunakan
(Rustiawan, 1994). Partikel Pb yang dikeluarkan oleh asap kendaraan
bermotor berukuran antara 0,08 - 1,00 µm dengan masa tinggal (residence time)
di udara selama 4 - 40 hari. Masa tinggal yang cukup lama ini menyebabkan
partikel Pb dapat disebarkan angin hingga
mencapai jarak 100 - 1000 km dari sumbernya (Fergusson, 1991).
Unsur Pb yang terabsorbsi diangkut oleh darah ke seluruh
organ tubuh. Sebanyak 95%
Pb dalam darah diikat oleh eritrosit dan disebarkan ke seluruh jaringan tubuh (Ardiyanto, 2005). Unsur Pb dalam tubuh dapat
terdeposit pada jaringan lunak (sumsum
tulang, sistem saraf, ginjal, dan hati) dan jaringan keras (tulang, gigi, kuku,
dan rambut). Unsur Pb dalam jaringan lunak bersifat toksik terhadap
jaringan itu sendiri (Ardiyanto, 2005).
Masuknya unsur Pb kedalam tubuh manusia dalam jumlah besar dapat menyebabkan
gagal ginjal (Soesanto, 1998). Juga dapat mengakibatkan kanker, gangguan pada
sistem saraf tepi dan usat, jantung, pencernaan, dan sistem reproduksi (Ardyanto, 2005).
G.3 Rambut
Rambut
adalah struktur solid yang terdiri atas sel yang mengalami keratinisasi
padat, berasal dari folikel epidermal yang berbentuk seperti kantong
yang tumbuh ke dalam dermis. Rambut normal dan sehat, tampak berkilat, elastis,
tidak mudah patah, serta
dapat menyerap air. Komposisi rambut terdiri atas karbon 50,60%, hidrogen
6,36%, nitrogen 17,14%, sulfur 5,0%, dan oksigen 20,80% (Pusponegoro, Erdina

H.D. 2002).
Rambut juga merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh
kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, dan bibir (Soepardiman, Lily.
2002). Jenis rambut pada manusia pada garis besarnya dapat digolongkan 2 jenis, yaitu; rambut terminal, rambut kasar yang
mengandung banyak pigmen, terdapat di kepala, alis, bulu mata, ketiak,
dan genitalia eksterna, serta rambut velus, rambut
halus sedikit mengandung pigmen, terdapat hampir di seluruh tubuh. (Soepardiman, Lily. 2002).
Dalam tubuh manusia logam berat akan dibuang antara lain
melalui rambut. Mengingat
rambut lebih mencerminkan tingkat pencemaran logam berat yang telah masuk ke
tubuh manusia (Kamal, 2007). Hal ini karena rambut banyak mengandung protein
struktural yang tersusun oleh asam - asam amino sistin yang mengandung ikatan disulfida (- S - S -) dan sistein yang
mengandung gugus sulffhidril (- SH) yang berkemampuan mengikat logam - logam
berat yang masuk ke dalam tubuh. Manusia yang terpapar oleh Pb dalam batasan
normal atau dalam batasan toleransi yaitu untuk
rambut 12 g/g, maka daya
racun yang dimiliki oleh Pb tidak akan berbahaya (
Palar,1994 ).
Faktor
- faktor yang mempengaruhi kadar Pb rambut meliputi lama cemaran, umur, genetik dan nutrisi sehingga rambut dapat
digunakan sebagai indikator tingkat pencemaran
Pb pada manusia dan hewan (Ashraf et al. 1995).
G.4 Spektrometri Serapan Atom
Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode yang
digunakan untuk
mendeteksi
atom-atom logam dalam fase gas. Metode ini seringkali mengandalkan nyala untuk mengubah logam dalam larutan sampel menjadi
atom - atom logam berbentuk gas yang digunakan untuk analisis
kuantitatif dari logam dalam sampel (Bender,
1987).
Spektrofotometri Serapan Atom adalah suatu metode analisis
yang dapat digunakan
untuk menetukan unsur-unsur di dalam suatu bahan dengan kepekaan, ketelitian
serta selektivitas yang tinggi. Perkembangan terakhir cara analisis SSA selain
atomisasi dengan nyala dapat juga dilakukan atomisasi tanpa nyala yaitu ada yang menggunakan energi listrik pada batang karbon
atau bahkan hanya dengan penguapan
(Gunandjar, 1985).
Alat
spektrofotometer serapan atom, disamping dapat digunakan untuk analisis unsur-unsur dengan metode serapan atom umumnya
dapat juga digunakan untuk analisis unsur-unsur dengan metode emisi
(Gunandjar, 1985).
G.5 Prinsip Spektrometer Serapan Atom
Metode
SSA berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap
cahaya tersebut
pada panjang gelombang tertentu, bergantung pada sifat unsurnya. Keberhasilan analisis ini bergantung pada proses
eksitasi dan cara memperoleh radiasi
yang tepat (Gunandjar, 1985).
Spektrofotometri
serapan atom adalah suatu metode analisis yang didasarkan pada proses penyerapan tenaga radiasi oleh
atom-atom yang berada pada tingkat tenaga
dasar (ground state). Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya elektron ke tingkat tenaga yang lebih tinggi. Penguraian
intensitas radiasi yang diberikan sebanding dengan jumlah atom pada tingkat
dasar yang menyerap tenaga radiasi tersebut
(Gunandjar, 1985).

H. METODE PELAKSANAAN
H.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Pengambilan sampel dilakuakan di kereta api ekonomi
lintas Banyuwangi -
Jember. Analisa
dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember.
H.2 Rancangan Percobaan
H.2.1 Alat dan Bahan
Alat
Peralatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer Serapan
Atom, gunting
rambut, sisir, kantong plastik, kertas label, kertas saring, erlenmeyer 100 mL,
gelas piala 100 mL, pinset, sudip, spatula, tabung reaksi, pengaduk, labu takar
ukuran 25 mL dan 50 mL, pipet volume ukuran 5 ml dan 10 ml, pipet tetes, oven, neraca digital, hot plate, dan
termometer.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel
rambut yang diperoleh
dari pedagang asongan IWAKA, Aquades, HNO3, HClO4, H2SO4 Pa.
H.2.2 Pengambilan Sampel Rambut
Sampel
diambil dari pedagang asongan IWAKA sejumlah limabelas orang.
Sampel rambut
yang dibutuhkan kurang lebih sebanyak hingga 1,2 gram dari tiap - tiap pendonor. Setiap sampel yang diperoleh
ditempatkan dalam kantong plastik/tabung
sampel yang diberi label.
H.2.3 Diagram Alir Penelitian
Sampel
Direndam dalam aseton pro analyse
Ditiriskan
Direndam dalam 10 ml aseton
Dibilas dengan aquades
Dibungkus dengan kertas saring
Ditambahkan HNO3 5 ml
Dibiarkan 1 jam
Dipanaskan dengan hot plate,
T=110oC
Ditimbang
Didinginkan
Di oven 24 jam,
T=105oC
Ditambahkan
0,4 ml H2SO4
pa
Ditambahkan 2 tetes campuran HNO3 dan
Dipanaskan ± 1 jam
HCl4 (1:2) saat perubahan warna
Dipanaskan ± 15
menit Diuji kadar Pb dengan AAS
Dilakukan perhitungan kadar Pb
Dianalisis dan diolahan datanya
STOP

K. DAFTAR PUSTAKA
Ardyanto D. 2005. Deteksi Pencemaran Timah Hitam (Pb) Dalam Darah
Masyarakat Yang Terpajan Timbal (Plumbum). Jurnal Kesehatan Lingkungan, VOL. 2, No.1, Juli
2005 : 67 - 76.
Ashraf W, Jaffar
M, Anwer K, Ehsan U. 1995. Age - and sex - based comparative
distribution of
selected metals in the scalp hair of an urban population from two cities in Pakistan. Environ Pollut 87: 61-62.
Bender G, T. 1987. Principal of Chemical Instrumentation.
Philadhelphia: W.B.
Sounders Company. Page. 98.
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta:
UI-Press.
DepKes. 2001. Kerangka Acuan Uji Petik Kadar Timbal (Pb) pada
Spesimen Darah
Kelompok
Masyarakat Berisiko Tinggi Pencemaran Timbal. Ditjen PPM dan PLP Departemen Kesehatan RI Jakarta.
Fergusson J, E.
1991. The Heavy Elements Chemistry Environmental Impact and
Health Effects. Pergamon Press.
Gunandjar. 1985. Diktat Kuliah Spektrofotometer Serapan Atom.
Yogyakarta: PPNY
BATAN.
Kamal Z, Supriyanto C, Samin. 2007. Analisa Cemaran Logam Berat Pb,
Cu, dan Cd
pada Ikan Air Tawar dengan Metode Spektrometri Nyala Serapan Atom
(SSA). Seminar Nasional, Yogyakarta.
Khopkhar, S, M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI
Press.
Moskoagouw D.
2000. Kajian Peredaran Logam Berat (Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn)
pada Perairan Pantai di Kodya Bitung Propinsi Sulawesi Utara. Bogor: Program Pascasarjana IPB.
Naria E. 2005.
Mewaspadai Dampak Bahan Pencemar Timbal (pb) di lingkungan
terhadap Kesehatan. Jurnal
Komunikasi Penelitian Volume 17 ( 4) 2005.
Palar H . 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Bandung:
Rineka Cipta.
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1998 tentang Prasarana
dan Sarana Kereta Api. Jakarta:
Presiden Republik Indonesia.
Pettrucci R,H. 1982. General Chemistry (3 rd ed). New York: Mc.
Millan Publishing
Co, Inc.

Pusponegoro, Erdina H,D. 2002. Kerontokan Rambut Etiopatogenesis.
Dalam:
Wasitaadmadja,
Sjarif M, dkk. Kesehatan dan Keindahan Rambut. Jakarta: Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia,
1-13.
Riyadina W.
1997. Pengaruh Pencemaran Plumbum Terhadap Kesehatan. Media
Litbangkes Balitbang Dep. Kes RI Jakarta.
Rustiawan A.
1994. Kandungan Logam Berat Timah Hitam pada Komoditi Buah-
Buahan dan Sayuran di DKI Jakarta. Bogor: Program Pascasarana IPB.
Soepardiman, Lily. 2002. Berbagai Macam Kerontokan Rambut. Dalam:
Wasitaadmadja,
Sjarif M, dkk. Kesehatan dan Keindahan Rambut. Jakarta: Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia,
15-27.
Soesanto. 1998.
Studi perbandingan akumulasi plumbum (Pb) dalam jaringan bulu,
darah, dan
tulang pada ayam broyler. [Tesis]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Sunu, Pramudya.
2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001.
Jakarta. PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian. Jakarta:
Presiden Republik Indonesia.
permisi, saya mau tanya, tempat untuk tes uji Pb dalam rambut di mana? terutama daerah jember. terimakasih
BalasHapusmaaf saya lama tidak menggunakan blog. Di UNEJ bisa fakultas mipa jurusan kimia. Karna saya dan teman saya yang pelitian jadi kami melakukan sendiri. jika masalah jasa saya kurang tahu ada tidak nya
Hapus